8 SEKOLAH MENGHADIRI LOKAKARYA ECOBRICK DI PACITAN

8 SEKOLAH MENGHADIRI LOKAKARYA ECOBRICK DI PACITAN

Photo credit : Nomi Pratama

(English, click here)

Dengan semangat peduli lingkungan hidup, Greenwave NGO dan #SeaSoldier Pacitan menyelenggarakan Lokakarya pembuatan ecobrick di tribun alun-alun Pacitan pada tanggal 18  Februari 2018 dengan tema “Seru-seruan Gawe Ecobrick”.

Rahadi, Kasi Peningkatan Kapasitas Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan, mengatakan:

“Kegiatan pendampingan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh komunitas peduli lingkungan seperti Greenwave NGO itu sangat dibutuhkan baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat masih perlu didampingi dalam upaya pengelolaan lingkungan. Ini tidak dapat ditangani jika hanya oleh pemerintah sendiri. Oleh karena itu pemerintah harus bisa menggandeng mitra-mitra dari kelompok masyarakat maupun pihak swasta.

Lokakarya ecobrick seperti yang telah dilakukan oleh Greenwave NGO sangat diminati masyarakat utamanya pihak-pihak sekolah. Itu terbukti dengan tingkat kehadiran siswa siswi yang di luar dugaan. Ratusan siswa siswi yang didampingi bapak dan ibu guru dengan antusias mengikuti proses pelatihan dan belajar bersama.”

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar dua ratus orang, terdiri dari para aktifis pegiat lingkungan, siswa dan guru pendamping dari delapan sekolah di Kabupaten Pacitan, antara lain :

  1. SDN Pacitan
  2. SDN Mentoro
  3. SDN Baleharjo 2
  4. SDN Tambakrejo
  5. SDN Sidoharjo
  6. SMKN 3 Pacitan
  7. SMPN 1 Donorojo
  8. SMPN 1 Pacitan

Ecobrick adalah botol plastik yang diisi dengan limbah non-biologis yang dipadatkan untuk menciptakan bata bangunan hasil daur ulang. Ecobrick digunakan untuk membuat furnitur modular, ruang kebun dan bangunan berskala penuh seperti sekolah dan rumah. Ecobrick adalah teknologi bertenaga kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

Untuk membuat Ecobrick, peserta mengambil botol plastik atau beberapa macam wadah termasuk karton susu kertas atau laminasi. Mereka memasukan dan memadatkan sejumlah bahan plastik bekas yang biasa kita gunakan sehari-hari secara acak di dalamnya, selapis demi selapis. Mereka menggunakan tongkat untuk memadatkanya. Ecobrick siap pakai harus begitu padat sehingga seseorang bisa berdiri di atasnya tanpa merubah bentuknya. Berat ideal ecobrick untuk botol air mineral kapasitas 600 ml adalah sekitar 220 gram.

“Seandainya setiap seminggu sekali di acara Car Free Day, 100 anak membuat 100 botol ecobrick dengan berat 300 gram per botol, maka sudah dapat mengurangi sampah yang dibuang ke  TPA seberat 30 kg. Hal itu sudah bisa mengurangi resiko pencemaran lingkungan dalam kasus buang sampah sembarangan. Kalau itu dilakukan setiap minggu dengan peserta yang jauh lebih besar  dan serentak, bisa kita hitung berapa kontribusi kita dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan. Insya Allah target Pacitan Bersih Sampah 2025 akan tercapai.

Kedepan, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha harus bersatu padu untuk lingkungan lebih baik.” Pungkas Rahadi.

Penulis : Webri Veliana

8 SCHOOLS ATTENDED ECOBRICK WORKSHOP IN PACITAN

8 SCHOOLS ATTENDED ECOBRICK WORKSHOP IN PACITAN

 

Photo credit : Nomi Pratama

(Bahasa Indonesia, klik sini)

With the spirit of environmental care, Greenwave NGO and #SeaSoldier Pacitan organized an ecobrick making workshop in the grand square of Pacitan in February 18, 2018 with the theme “Seru-seruan Gawe Ecobrick”.

Rahadi, the Head of Environmental Capacity Enhancement, Environmental Office of Pacitan Regency, said :

“Environmental Management assistance activities carried out by Environmental Communities such as Greenwave NGO are needed by the community and the government. People are still need to be accompanied in order to manage the environment. It cannot be done only by the government. Therefore, the government should be able to do partnerships with communities and enterprises.

The ecobrick workshop conducted by Greenwave NGO was being very interested by local communities especially schools. It was proven by the unexpected level of students’ attendance. Hundreds of students which were accompanied by the teachers had followed the training and learning process enthusiastically. ”

The event was attended by about two hundred people, consisted of environmental activists, students and companion teachers from eight schools in Pacitan regency:

  1. Elementary School of Pacitan
  2.  Elementary School of Mentoro
  3. Elementary School  of Baleharjo 2
  4. Elementary School  of Tambakrejo
  5. Elementary School  of Sidoharjo
  6. Vocational School of  Pacitan 3
  7. Junior High School of Donorojo 1
  8. Junior High School of  Pacitan 1

An ecobrick is a plastic bottle stuffed solid with non-biological waste to create a reusable building block. Ecobricks are used to make modular furniture, garden spaces and full scale buildings such as schools and houses. Ecobricks are a collaboration powered technology that provides a zero-cost solid waste solution for individuals, households, schools and communities.

To make an Ecobrick, attendees took a plastic bottle or container of some sort including paper or laminate milk cartons. They put and compressed a whole bunch of random everyday plastic materials inside of it, layer by layer. They used a stick to compress it. Completed Ecobricks should be so densely stuffed that one can stand on top of them without deformation. The ideal ecobrick weight for a 600 ml mineral water bottle is about 220 grams.

“If once per week in the Car Free Day event, 100 children make 100 ecobricks weighing 300 grams per bottle, it can reduce waste disposal to the landfill by 30 kg of garbage.  It can reduce the risk of environmental pollution it the case if the waste was thrown away carelessly. If it done every week with more participants and simultaneously, we can calculate how much our contribution in the effort of environmental pollution prevention. By God’s Wills, the Pacitan Clean 2025 will be achieved.

In the future, the government, society and the business world must be united to make the environment better” Rahadi concludes.

 

Writter : Webri Veliana